LASER FOTOKOAGULASI UNTUK RETINOPATI DIABETIK

Apakah Retinopati Diabetik Itu?
​
Retinopati diabetik adalah kelainan pada pembuluh darah di lapisan saraf di belakang bola mata, retina, yang disebabkan oleh diabetes mellitus (DM). Meningkatnya jumlah penderita DM di Indonesia membuat angka penderita retinopati diabetik ikut bertambah. Mengutip data WHO, 4 persen dari 45 juta penderita kebutaan di seluruh dunia disebabkan oleh retinopati diabetic berarti sekitar 1,8 juta penderita kebutaan. Pada tahun 2000 sebanyak 8 juta orang menderita diabetes melitus di Indonesia. Angka tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 21 juta orang pada 2030.

Secara garis besar retinopati diabetik terbagi menjadi dua, yakni non-proliferatif dan proliferatif. Seorang pasien dikatakan menderita retinopati diabetik proliferatif jika terdapat pembuluh darah baru pada retina. Seharusnya di retina tidak boleh ada pembuluh darah baru, tapi karena adanya kelainan atau peningkatan dari retinopati diabetiknya, sehingga muncul pembuluh darah baru yang tidak diizinkan di retina tersebut.

Bagaimana Tatalaksananya?

Modalitas terapi yang dilakukan pertama yaitu regulasi gula darah. Dokter mata akan bekerjasama dengan dokter penyakit dalam untuk mengatur gula darah. Selain gula darah, regulasi tersebut juga meliputi pengaturan tekanan darah, kolesterol, dan faktor sistemik lainnya.

Modalitas kedua, yakni laser fotokoagulasi. Modalitas ini menyasar bagian retina dengan menggunakan laser berbeda dengan LASIK yang menyasar bagian depan bola mata untuk mengurangi minus. Laser fotokoagulasi sudah bisa lakukan di RS Karisma Ciamreme tanpa dikenakan biaya tambahan untuk peserta JKN.

Modalitas ketiga adalah operasi pars plana vitrektomi pada bagian belakang mata. Dilakukan bila terjadi perdarahan pada vitreus atau komplikasi yang lebih berat pada retina akibat retinopati diabetik ini.  

Apa yang dilakukan pada pasien bila akan dilakukan laser fotokoagulasi ?

Terapi laser dilakukan di poli dan tidak dirawat inap. Pasien hanya diminta meletakkan kepala pada posisinya lalu diberikan sinar laser pada retina pasien. Prosedur ini tidak menimbulkan nyeri namun hanya silau. Biasanya dilakukan setiap minggu hingga beberapa kali.