Hipertensi atau tekanan darah tinggi berarti bahwa tekanan darah anda terus-menerus lebih tinggi dari tingkat yang direkomendasikan. Sekitar 1 dari 3 orang dewasa memiliki tekanan darah tinggi namun hanya sekitar 1/3 yang kemudian terdiagnosis memiliki hipertensi. Hal ini dapat terjadi karena hipertensi umumya tidak bergejala sehingga sangat sedikit orang yang datang berobat karenanya. Tanpa pengobatan, tekanan darah tinggi yang tidak terkendali akan menimbulkan beragam komplikasi seperti serangan jantung, gagal jantung, stroke, gagal ginjal, kebutaan, dll. Karena hal itulah hipertensi seringkali dijuluki "silent killer". Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah anda memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan pengukuran tekanan darah. Semua orang dewasa sebaiknya diperiksa tekanan darahnya setiap 5 tahun. Jenis Tekanan Darah TinggiTerdapat dua jenis tekanan darah tinggi yaitu:
Apa saja faktor risiko terjadinya Hipertensi?Tekanan darah tinggi memiliki banyak faktor risiko, diantaranya antara lain:
Bagaimana Hipertensi Didiagnosis?Tekanan darah diukur dengan alat yang disebut sphygmomanometer. Pertama, manset ditempatkan di lengan anda dan dipompa hingga sirkulasi pembuluh arteri terputus. Manset kemudian perlahan dikempiskan, dan dokter / perawat mengukur tekanan darah menggunakan stetoskop yang ditempatkan di atas lengan anda untuk mendengarkan suara berdenyutnya darah melalui arteri. Suara pertama yang terdengar mengacu pada tekanan darah sistolik; ketika suara tersebut memudar itulah tekanan diastolik, Pembacaan tekanan darah dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti:
Bagaimana memahami hasil pemeriksaan tekanan darah ?Tekanan darah diukur dalam milimeter air raksa (mmHg) dan dicatat dalam 2 nilai:
Bagaimana menyikapi temuan tekanan darah yang tinggi?Pilihan anda untuk mendapatkan pengobatan / tidak akan tergantung pada nilai tekanan darah dan resiko terkena penyakit kardiovaskular, seperti serangan jantung, stroke atau gagal ginjal.
Perubahan Gaya Hidup Berikut adalah beberapa perubahan gaya hidup yang dapat dilakukan untuk mengurangi tekanan darah tinggi. Beberapa di antaranya dapat menurunkan tekanan darah Anda dalam hitungan minggu:
Komplikasi HipertensiTekanan tinggi akan memberikan tekanan berlebih terhadap dinding arteri sehingga perlahan pembuluh darah serta organ-organ dalam akan mengalami kerusakan. Semakin tinggi tekanan darah dan semakin lama tekanan darah dibiarkan tidak terkendali, semakin besar kerusakan yang terjadi. Tekanan darah yang tidak terkontrol tinggi dapat menyebabkan :
Pengobatan HipertensiPengobatan hipertensi bertujuan bukan untuk mengatasi keluhan namun untuk mencegah komplikasi jangka panjang yang berbahaya, Hal ini harus difahami oleh pasien karena tanpa pemahaman, pasien yang umumnya tidak memiliki gejala cenderung kehilangan motivasi untuk berobat. Terdapat banyak obat penurun tekanan darah yang dapat digunakan. Mereka yang memiliki tekanan darah yang tinggi >160/100 mmHg biasanya membutuhkan beberapa kombinasi obat untuk mengobati tekanan darah tinggi. Obat pertama yang ditawarkan biasanya tergantung pada usia anda.
Obat yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi dapat menghasilkan efek samping tetapi umumnya tidak berbahaya, perubahan pilihan obat bisanya dapat mengatasi hal tersebut. Beritahu dokter anda jika anda memiliki salah satu dari efek samping berikut :
ACE inhibitor Angiotensin-converting-enzyme inhibitor mengurangi tekanan darah dengan mengurangi kekuan/relaksasi pembuluh darah. Efek samping yang paling umum adalah batuk kering persisten. Jika efek samping menjadi sangat mengganggu, obat yang bekerja dengan cara yang mirip dengan ACE inhibitor, yang dikenal sebagai angiotensin-2 antagonis reseptor (ARB) dapat digunakan. Calcium channel blockers Calcium channel blockers menghalangi kalsium memasuki sel-sel otot jantung dan pembuluh darah. Hal ini akan mengakibatkan melebarnya arteri (pembuluh darah besar) dan mengurangi tekanan darah. Diuretik Kadang-kadang dikenal sebagai pil kencing karena mengakibatkan anda sering kencing. Diuretik bekerja dengan membuang kelebihan air dan garam tubuh melalui air kencing. Diuretik kadang digunakan sebagai alternatif untuk calcium channel blockers. Beta-blocker Beta-blocker bekerja dengan membuat jantung anda berdetak lebih lambat dan dengan kekuatan kurang, sehingga dapat mengurangi tekanan darah. Beta-blocker biasanya digunakan bila pengobatan lain tidak bekerja. Hal ini karena beta-blocker dianggap kurang efektif dibandingkan obat lain yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi. Obat-obatan yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah diatas dapat menyebabkan efek samping yang mengganggu jika digunakan bersamaan dengan beberapa obat lain, termasuk beberapa jenis obat bebas. Jika anda ingin mengkonsumsi obat lain sebaiknya anda mengkonsultasikan dulu dengan dokter atau apoteker. Apa target pengobatan Hipertensi? Pengobatan hipertensi tidak bertujuan mengobati gejala yang kemudian muncul, tujuannya adalah menurunkan tekanan darah sehingga komplikasi berbahaya dapat dicegah. Pemahaman inilah yang perlu dimengerti benar oleh mereka yang memiliki hipertensi. Saat ini ada persepsi yang berkembang bahwa gejala hipertensi adalah nyeri kepala, pusing, atau nyeri tengkok sehingga masyarakat hanya datang berobat bila keluhan tersebut dirasakan. Ini adalah persepsi yang salah dan harus diluruskan.
Tergantung profil risiko kardiovaskular yang anda miliki dokter akan menetapkan target tekanan darah yang dinilai aman untuk anda. Untuk mencapai target tersebut dokter mungkin perlu menggunakan beberapa obat anti-hipertensi. Tercapainya target tekanan darah menjadi sesuatu yang harus terus dimonitor dalam pengobatan hipertensi. Kini anda dapat membeli alat pengukur tekanan darah digital untuk hal tersebut. Pengukuran darah dapat diukur secara berkala setiap harinya untuk kemudian dilaporkan ke dokter anda saat kontrol. Untuk pengukuran yang lebih tepat, dokter dapat menyarankan pemeriksaan Ambulatory Blood Pressure Monitoring untuk mengetahui tekanan darah rerata anda. Angka kejadian gagal jantung di Amerika Serikat mencapai 4,8 juta orang dengan 500 ribu kasus baru per tahunnya. Gagal jantung adalah permasalahan kesehatan di diberbagai penjuru dunia termasuk Indonesia yang tatalaksananya menghabiskan biaya yang sangat besar namun juga angka kematian yang relatif tinggi. Terdapat banyak hal yang dapat menyebabkan atau memperburuk gagal jantung, diantaranya adalah kelainan tidur yang umum ditemukan dan seringkali dianggap remeh, yaitu yaitu obstructive sleep apnea (OSA) dan central sleep apnea (CSA). Saya hanya akan membahas Obstruktif Sleep Apnea karena kelainan ini sebenarnya banyak terjadi namun tidak terdiagnosa dan tidak mendapatkan terapi. Bagaimana mendiagnosis OSA?Ciri utama Obstructive Sleep Apnea adalah mengorok keras disertai obstruksi atau tersumbatnya jalan nafas bagian atas, sifatnya bisa parsial atau komplit yang menyebabkan terhentinya aliran nafas. Hal ini menyebabkan hipoksia atau kurangnya oksigen dan memicu timbulnya upaya nafas yang berlebih agar jalan nafas kembali terbuka, hal ini tentunya mengganggu tidur. Proses ini dapat terjadi secara berulang hingga ratusan kali dalam semalam dan dikenal dengan Apnea Hypopnea Index (AHI) yang nilainya menentukan beratnya derajat OSA dan dapat diketahui melalui pemeriksaan pola tidur atau Polisomnografi. Konsensus saat ini adalah OSA dapat didiagnosa bila AHI ditemukan lebih besar dari 5 dan dianggap berat bila lebih dari 30. Terganggunya kualitas tidur akan menimbulkan keluhan lelah dan rasa ngantuk yang mengganggu disiang hari dan menimbulkan berbagai permasalahan kesehatan dibidang kardiovaskular berupa tekanan darah tinggi, gangguan irama, terpicunya serangan jantung atau kematian mendadak, stroke, dan dalam jangka panjang gagal jantung. Apa hubungan OSA dengan Penyakit Jantung?Sleep Heart Heart Study yang melibatkan 6424 individu menemukan bahwa OSA dengan AHI > 11 secara mandiri dihubungkan dengan resiko relatif sebesar 2,38 kali mengalami gagal jantung (Shahar, 2001). Pada studi lainnya yang melibatkan 3543 orang yang di follow up sekitar 5 tahun setelah terdiagnosa OSA melalui polisomnography, pasien usia muda (<65 tahun) dengan OSA (AHI>5) lebih mungkin mengalami Fibrilasi Atrium. Studi jangka panjang lainnya yang melibatkan 1651 orang yang di follow up selama 10 tahun, mereka dengan OSA berat (AHI>30) yang tidak mendapatkan terapi memiliki risiko tiga kali lebih besar menjalani revaskularisasi koroner karena serangan jantung dan juga stroke dibandingkan orang sehat (Marin, 2005), hal ini serupa dengan temuan Punjabi. Pada studi yang melibatkan 112 individu yang menjalani polisomnografi ditemukan bahwa mereka dengan OSA lebih berisiko meninggal mendadak pada saat tidur, hal ini sangat berhubungan dengan beratnya derajat OSA (Gami, 2005). Hubungan antara OSA dengan penyakit kardiovaskular dapat dijelaskan dengan melalui mekanisme mekanis yang cukup mudah dimengerti. Upaya pernafasan yang timbul akibat tertutupnya jalan nafas akan menghasilkan tekanan negatif intrathorak yang tinggi, hal ini memiliki efek terhadap struktur dan fungsi jantung. Tekanan inspirasi yang normal sekitar -8 cmH2O, individu dengan OSA dapat memiliki tekanan intrathorak hingga -30 cmH2O atau lebih rendah. Hal ini tercapai melalui upaya nafas / kerja otot pernafasan yang lebih berat. Tekanan negatif intra thorak yang tinggi meningkatkan aliran darah balik ke jantung kanan, pengakibatkan tingginya tekanan transmural ventrikel kiri, yang pada akhirnya dapat menurunkan kompliance dan pengisian ventrikel kiri sehingga terjadi penurunan volume darah yang dapat dipompakan jantung. Hal ini jika digabungkan dengan meningkatnya aktivitas simpatis perifer yang timbul akibat rangsang bangun yang timbul dapat secara buruk mempengaruhi fungsi sistolik ventrikel kiri. Disfungsi diastolik akut yang terjadi dapat mengakibatkan regangan akut atrium atau vena pulmonalis. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya kadar peptida natriuretik atrium (enzim yang dikeluarkan jantung saat jantung teregang - seperti pada pasien gagal jantung) dan gejala umum nokturia (kencing dimalam hari) pada individu dengan OSA. Perubahan tekanan jantung yang sangat dinamis serta naik turunnya tonus simpatik dan parasimpatik yang timbul pada OSA, dapat meningkatkan kemungkinan timbulnya atrial fibrilasi saat tidur. Sebuah gangguan irama yang dapat memicu terbentuknya gumpalan darah dan mengakibatkan stroke. Jika dibiarkan, aktivitas simpatik yang meningkat secara kronis dapat tetap terjadi bahkan saat pasien terbangun disiang hari, hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya detak jantung saat istirahat, menurunnya variabilitas detak jantung, meningkatnya tekanan darah, dan dalam jangka panjang tentunya berdampak buruk untuk jantung. Apa gejala OSA dan akibatnya untuk anda?Secara klinis mekanisme yang mendasari OSA dapat mengakibatkan tekanan darah tidak turun dimalam hari, hipertensi yang resisten terhadap obat, detak jantung cepat yang dengan mudah timbul karena aktivitas simpatik, atau rendahnya detak jantung (bradikardia) akibat aktivitas vagal jantung. Desaturasi oksigen yang berat saat obstruksi jalan nafas dapat mengakibatkan munculnya gangguan irama jantung seperti ventricular extrasystole, sinus aritmia, blok atrioventrikular, fibrilasi atirum yang seiring waktu dapat terus bertambah berat dan menetap. Gejala OSA yang paling umum dikeluhkan pasien adalah lelah saat terbangun dari tidur dan rasa kantuk berlebihan / hipersomnolen disiang hari berupa keluhan jatuh tertidur saat aktivitas sehari-hari seperti membaca, berbicara, makan, dan bahkan saat mengendarai kendaraan. Gejala yang cukup penting pada OSA adalah terhentinya nafas saat tidur, dan hal ini dapat disaksikan oleh pasangan atau orang dekat pasien dimana pesien dengan OSA umumnya akan mengorok, diikuti nafas yang berhenti sesaat. Pada saat inilah otak akan bereaksi atas obstruksi yang timbul dan memberikan rangsang bangun sehingga derajat tidur akan menurun, posisi tidur berubah, dan obstruksi dapat dihilangkan. Bagi orang yang melihatnya penderita dengan OSA akan tampak gelisah saat tidur, kadang seperti tersedak (choking) atau bahkan menyikut pasangan tidurnya. Pada pertemuan tahunan American College of Chest Physicians 2012, disebutkan bahwa dari 124 orang terdiagnosa OSA di laboratorium tidur, sebanyak 84% pernah menyikut pasangan tidurnya. Menurunnya kadar oksigen darah yang timbul akibat proses obstruksi ini memicu periode bernafas cepat sebagai kompensasi, sehingga nafas pasien tampak terengah-engah saat tidur. Penurunan kadar oksigen dan pola nafas yang berubah-ubah kadang lambat (decresendo) dan cepat (cresendo) ini dapat memicu timbulnya nyeri kepala dimalam hari atau pagi harinya, mulut atau tenggorokan yang kering dipagi hari, gastroephageal acid reflux, dan sering kencing di malam hari. Gangguan kognitif / pola pikir, ingatan, perubahan psikologis & perilaku dapat pula terjadi pada OSA yang berat. Siapa yang rentan mengalami OSA?Prevalensi OSA di negara maju tidak diketahui secara pasti karena kebanyakan orang dengan OSA tidak menjalani pemeriksaan Polisomnografi dan tetap tidak terdiagnosa. Di Indonesia OSA bisa jadi merupakan suatu permasalahan kesehatan yang dilupakan karena pemeriksaan polisomnografi tidak umum tersedia di RS Indonesia. Obstructive Sleep Apnea diketahui sangat berhubungan erat dengan obesitas, dan terdapat hubungan langsung antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dan beratnya OSA (index AHI). Cara mengukur IMT adalah Berat(kg)/ Tinggi(m)2 dan nilai normalnya adalah 18.5-24.9 kg/m2. Studi populasi menemukan bahwa OSA ditemukan pada 1 dari 5 orang atau 20% orang dewasa dengan IMT antara 25 s/d 28 kg/m2, 40% pada mereka yang memiliki IMT 30, dan sangat umum ditemukan pada mereka yang memiliki BMI 40 (Partaluppi, 1997). Karena ada hubungan yang erat antara OSA dengan berat badan yang berlebih, bermacam kelainan metabolik, diantaranya obesitas abdominal, diabetes, dan dislipidemia juga lebih sering ditemukan pada mereka yang memiliki OSA. Walau demikian studi lainnya menemukan bahwa 30% pasien dengan OSA tidak memiliki berat badan berlebih. Faktor lain yang dapat memiliki pengaruh adalah lingkar leher yang lebar, rongga mulut yang kecil / rendah, tenggorokan yang sempit, ovula yang besar, rahang yang kecil (mikrognatia) atau mundur (retrognathia) dapat mengakibatkan OSA lebih rentan terjadi. Hal apa yang dapat dilakukan untuk mencegah OSA?Terdapat banyak hal yang bisa anda lakukan, terutama jika anda memiliko OSA yang ringan - sedang. Beberapa perubahan pola hidup dapat membantu mengurangi gejala OSA, hal tersebut antara lain :
Perubahan Cara Tidur
Terapi DefinitifHingga saat ini telah terdapat berbagai penelitian yang meneliti dampak berbagai macam obat-obatan yang diduga dapat membantu pengobatan OSA, namun tidak satupun yang terbukti efektif. Jika anda memiliki derajat OSA yang berat, semua cara diatas bisa jadi tidak banyak membantu, pada keadaan seperti itu obstruksi dapat dihilangkan dengan memberikan tekanan positif saat anda tidur. Continuous positive airway pressure (CPAP) secara akut menghilangkan OSA, menghilangkan tekanan negatif dalam dada, mengurangi tekanan darah, serta detak jantung cepat pada penderita OSA, semua hal tersebut dapat membantu mengurangi afterload / beban kerja jantung (Tkacova, 1998). Pengurangan beban kerja jantung ini diikuti dengan perbaikan metabolisme oksidatif otot jantung (Yoshinaga, 2007). Hal ini tentunya memiliki dampak yang sangat baik terhadap jantung apalagi mereka yang memiliki sakit jantung. Sayangnya terapi ini bisa dikatakan tidak nyaman karena anda diharuskan untuk mengenakan sebuah masker yang menutupi hidung dan mulut anda. Tekanan positif yang diberikan harus disesuaikan dengan derajat obstruksi yang anda alami, jika terlalu rendah maka obstruksi tetap dapat terjadi, jika terlalu tinggi anda dapat merasa tidak nyaman dan jika dibiarkan dapat terjadi kerusakan faal paru (barotrauma) yang justru berbahaya. Karenanya peresepan terapi ini hanya dapat dibuat setelah diagnosa OSA tegak dan data tekanan CPAP yang sesuai berhasil diperoleh melalui pemeriksaan polisomnografi / studi tidur. Sebagai kesimpulan jika anda merasa atau pasangan anda memiliki keluhan mengorok dan memiliki beberapa gejala seperti yang saya sebutkan diatas, jangan dibiarkan karena kelainan ini dapat menimbulkan berbagai macam penyakit yang berbahaya. Jika cara diatas tidak membantu jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter anda dan mencari solusinya agar masalah anda tidak bertambah besar dikemudian hari. Semoga sedikit informasi yang saya berikan dapat bermanfaat untuk anda atau keluarga. Penggunaan CPAP saat tidur untuk menghindari terjadinya OSA.
Serangan jantung adalah istilah yang umum digunakan masyarakat untuk secara luas menggambarkan sekumpulan gejala yang timbul akibat gangguan aliran darah pada pembuluh darah atau arteri koroner di jantung. Secara medis kami menyebutnya Sindroma Koroner Akut atau SKA. Sindroma Koroner Akut timbul akibat dua proses, yang pertama adalah penyempitan pembuluh darah yang timbul akibat proses menahun dan yang kedua sumbatan akibat terbentuknya gumpalan darah yang timbul secara akut / mendadak. Gumpalan darah yang timbul timbul mendadak ini bisa total atau parsial, dan dapat pula datang dan pergi - gumpalan darah bisa terbentuk, hancur dan timbul kembali. Keadaan yang dinamis ini mengakibatkan gejala yang mungkin timbul saat seseorang terkena SKA dapat bervariasi. Terlepas dari itu semua semua gejala yang mungkin timbul akibat SKA harus dianggap sebagai suatu suatu kegawat daruratan medis yang membutuhkan penanganan segera karena arteri koroner yang bermasalah berpotensi mengakibatkan terganggunya aliran darah secara berkepanjangan sehingga mengakibatkan kerusakan otot jantung bahkan kematian. Sehingga menjadi penting bagi masyarakat untuk mengenali tanda dan gejala jantung secara dini dan mencari pertolongan medis sesegera mungkin. Bagaimana Gejalanya?Gejala nyeri dada yang umumnya timbul dapat dengan cepat memberikan tanda bahwa ada sesuatu yang salah dengan jantung anda. Gejala lainnya yang timbul dapat mengaburkan gejala nyeri dada tersebut dan membuat anda tidak yakin dimana permasalahan sesungguhnya. Berikut adaah gejala SKA yang umum ditemukan :
Bagaimana cara mendiagnosa dan mengobatinya?Untuk menentukan apa yang mendasari gejala yang dialami anda, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik. Jika dokter kemudian mencurigai anda mengalami Sindroma Koroner Akut maka beberapa test berikut akan dikerjakan :
Terapi untuk Sindroma Koroner Akut selain obat-obatan adalah tindakan yang dikenal dengan nama Percutaneous Coronary Intervention (PCI). Tindakan PCI adalah tindakan yang dikerjakan di Cath Lab, sebuah ruangan semi steril dengan alat flouroskopi jantung yang memungkinkan dokter melihat seperti apa pembuluh darah seseorang dengan bantuan zat kontras. Melalui tindakan ini sebuah kateter atau selang kecil yang steril dimasukkan melalui pembuluh arteri yang berada di lengan atau di paha dan diarahkan menuju jantung. Setelah tiba di pembuluh koroner, zat kontras akan disemprotkan sehingga pembuluh koroner dapat terlihat. Jika pemeriksaan menemukan ada sumbatan pada arteri koroner dokter akan menyedot gumpalan darah yang menjadi biang keroknya atau memasang stent bila sumbatan tersebut disertai penyempitan pembuluh darah yang bermakna. Saat ini tidak banyak rumah sakit yang memiliki fasilitas cath lab, di Jawa Barat sendiri hanya tersedia di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Sentosa, Borromeus, Advent, dan Al-Islam. Dari semua Rumah Sakit tersebut hanya beberapa Rumah Sakit yang memiliki tim PCI yang siap bekerja dalam tempo waktu satu jam sejak pasien datang. Jadi bagi mereka yang terkena serangan jantung berat ketersediaan fasilitas ini di RS yang ada tuju bisa jadi menjadi hal yang membedakan antara hidup dan mati. Siapakah yang Memiliki Risiko Terkena Serangan Jantung?Sindroma Koroner akut - seperti halnya gagal jantung dan stroke - lebih umum ditemukan pada pasien yang memiliki fakor risiko tertentu sebagai berikut :
Bagaimana Mencegah Serangan Jantung?“An ounce of prevention is worth a pound of cure.” - Benjamin Franklin Upaya pencegahan selalu lebih murah (dan aman) dibandingkan upaya menyembuhkan. Upaya untuk menghindarkan diri dari kemungkinan serangan jantung dapat dicapai antara lain melalui :
Semoga infonya bermanfaat untuk anda & keluarga. Penyakit jantung adalah pembunuh nomor satu di dunia dan juga di Indonesia. Semakin hari semakin banyak orang Indonesia yang ternyata memilikinya. Tidak hanya yang tua, mereka yang muda juga bisa terkena. Tidak hanya laki-laki perempuan juga bisa. Di Amerika setiap 34 detik seseorang mengalami serangan jantung, hal yang sama dapat pula terjadi pula di Indonesia. Pertanyaan tentunya ada di benak banyak orang tentunya adalah: Apakah bisa dicegah? Tentunya bisa, sehingga kesakitan atau kematian yang mungkin timbul dari penyakit jantung ini bisa dicegah. Caranya pun tidak sulit ataupun mahal, yang dibutuhkan hanyalah komitmen anda untuk mau hidup sehat. Selama ini telah ada banyak penelitian mengenai penyakit jantung. Setidaknya terdapat 3 penelitian besar yang yang bisa kita jadikan pegangan untuk mencegah timbulnya penyakit jantung. Penelitian Karolinska di Swedia melibatkan 20.721 orang sehat yang tidak memiliki riwayat kanker, penyakit jantung, diabetes, hipertensi atau tinggi kolesterol di ikuti sejak tahun 1997 menemukan bahwa ada beberapa hal yang dapat menurunkan risiko serangan jantung diantaranya adalah:
Mereka yang memiliki semua karakteristik diatas memiliki risiko 86% lebih rendah mengalami serangan jantung dibanding mereka yang tidak memilkinya sama sekali. Sayangnya hanya sekitar 1 orang swedia yang ternyata memiliki semua karakteristik diatas. Peneltian Morgen di Belanda sejak tahun 1994 telah meneliti sekitar 17.787 orang sehat yang tidak memiliki penyakit jantung. Dalam kurun waktu 14 tahun sebanyak 607 orang mengalami serangan jantung, 127 diantaranya meninggal dunia. Mereka menemukan bahwa orang yang memiliki kebiasaan:
Di Inggris sebanyak 2.235 orang disebuah kota kecil bernama Caerphilly ikut serta dalam penelitian epidemiologi sejak tahun 1979. Hingga kini dari kota kecil tersebut telah lahir setidaknya 400 penelitian yang telah diterbitkan diberbagai jurnal kedokteran. Penelitian mereka selama 30 tahun menemukan ada 5 kebiasaan sehat yang dapat mencegah timbulnya penyakit jantung, yaitu:
Setelah membaca hasil penelitian diatas, bisa diambil beberapa kesimpulan sederhana mengenai cara hidup sehat yang dapat mencegah terjadinya penyakit jantung:
Siapa diantara anda yang punya 6 kebiasaan tersebut? Kalau belum mari kita coba biasakan dan cegah timbulnya penyakit jantung dikemudian hari. Semoga bermanfaat untuk sahabat. |
Ikuti kami di FacebookMohon diingat:PenulisKontributor artikel kesehatan dalam website ini adalah dokter RSKC. Jika anda ingin berbagi tulisan silahkan klik tautan berikut. Arsip
March 2015
Kategori
All
Misi RSKCMemberikan layanan kesehatan berkualitas yang terjangkau & dapat diakses semua kalangan. Bantu kami mewujudkannya.
INGAT
Sakit tidak selalu harus disertai keluhan. Pastikan anda tetap sehat dimasa depan melalui pemeriksaan kesehatan rutin. Informasi lebih lanjut dapat dilihat pada tautan ini.
|
Alamat :
Jl.. Raya Cimareme No.235 Kec. Ngamprah Kab. Bandung Barat 40552 Email : [email protected] Telp : (022) 6866221, Front Office : 082281813333. Fax : (022) 6867821 |
© 2024 Rumah Sakit Karisma Cimareme